DENPASAR (2/4) – Hilmun Nabi’ mengingatkan masyarakat untuk tidak lagi menggunakan kata “autis” sebagai bahan ejekan.
Anggota DPRD Kota Denpasar periode 2009 – 2019 tersebut mengatakan, sudah saatnya persepsi masyarakat mengenai kata “autis” sebagai ejekan sirna dari masyarakat.
“Saya mengimbau kepada masyarakat umum, terutama generasi muda untuk tidak lagi menggunakan kata ‘autis’ sebagai bahan ejekan. Selain tidak etis, bagi keluarga yang memiliki anak dengan autisme, hal itu bisa sangat menyakitkan dan sulit dilupakan,” kata Hilmun Nabi’.
Hal ini disampaikan oleh ketua DPW PKS Bali tersebut untuk memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 April.
Ia pun menegaskan, kepedulian terhadap anak – anak autis bukan hanya tanggung jawab orang tua tetapi tanggung jawab kita bersama.
“Dalam hal ini pemerintah perlu lebih serius lagi dalam memperhatikan mereka. Sebab anak-anak ini bukan beban negara, melainkan aset-aset yang nantinya akan berkontribusi secara nyata untuk masyarakat”, tegas Hilmun Nabi’.
Data pengidap autisme di Indonesia tahun 2018 mencapai 2,4 juta jiwa, dan terus bertambah setiap tahunnya. Penyediaan sarana pendidikan untuk anak-anak penderita autisme saat ini masih kurang. Jika satu guru bisa mengajar 30 siswa normal, maka 1 anak autis idealnya diajar oleh 1 guru.
Menurut Hilmun Nabi’, hari Peduli Autisme Sedunia harus menjadi momentum kita untuk peduli dengan anak-anak autis di sekitar kita.
“Mari kita beri dukungan bagi orang tua dengan anak autis. Perbanyak edukasi tentang autisme, belajar mengenal dan lebih memahami kondisi dan prilaku anak – anak autis”, tambah Hilmun Nabi’.
Sebagimana anak-anak lainnya, anak penderita autisme juga merupakan aset bangsa. Mereka berprestasi selayaknya anak normal pada umumnya. Kita kenal tokoh2 dunia yang menyandang autisme seperti Dr Temple Grandin, Wolfgang Mozart, Satoshi Tajiri, Dr Vernon Smith, Anthonny Lanny, Dani Bowman, Susan Boyle dan lainnya.
(AM)