DENPASAR (16/4) – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Bali mengadakan Dialog Tokoh Perempuan dan Berbuka Puasa dalam rangka memperingati Hari Kartini di Hotel Quest Denpasar pada Sabtu (16/04/2022).
Acara yang digelar dengan tema “Peran Perempuan Dalam Membangun Peradaban” tersebut menghadirkan Ketua DPW PKS Bali dan Ketua Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) PKS Bali dan dihadiri oleh para tokoh wanita dari berbagai elemen, lintas lembaga dan ormas yang selama ini dikenal aktif berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan dan keagamaan.
Ketua BPKK PKS Bali Siti Fatimah mengajak para tokoh wanita untuk bergandengan tangan bersama-sama bersinergi membangun negeri.
Menurutnya, sebagaimana Kartini, para tokoh perempuan adalah penggerak di masyarakat, penyambung komunikasi dan pemersatu elemen bangsa. Ia juga mengajak para tokoh perempuan untuk bersinergi bersama PKS untuk mewujudkan keterwakilan perempuan di parlemen.
“Mari kita bergandengan tangan bersama-sama bersinergi membangun negeri ini dari mulai yang kita bisa, dan memantapkan diri berkiprah lebih maksimal demi terwujudnya keterwakilan perempuan di parlemen bersama PKS yang berusaha terus berkhidmat untuk Rakyat,” ujar Fatimah.
Senada dengan Ketua BPKK, Ketua DPW PKS Bali H Hilmun Nabi’ menyampaikan pentingnya peran perempuan dalam dunia politik dan ia pun mengajak para tokoh perempuan yang hadir untuk berjuang bersama PKS melalui jalur politik.
“Kami memberi kesempatan para ibu – ibu para tokoh perempuan Bali untuk maju menjadi caleg PKS dan berjuang bersama melalui jalur politik untuk mewujudkan keterwakilan perempuan di parlemen pada tahun 2024,” ajak Hilmun Nabi’.
Sementara secara terpisah melalui rekaman video, anggota DPR RI Fraksi PKS Ledia Hanifa Amaliah, S.Si., M.Psi.T. melalui rekaman video, mendorong tokoh perempuan tidak takut untuk berkiprah dalam dunia politik. Karena menurutnya masih banyak perempuan Indonesia mengganggap politik itu milik laki – laki dan tidak cocok untuk perempuan.
“Biasanya perempuan kalo mendengar kata politik langsung mikir! Ih politik kan kasar… ih politik kan keras… gak banget deh untuk perempuan! Siapa bilang?” kata Ledia.
“Bisa… justru kita yang harus mewarnai! Jadi kalo dikatakan politik itu maskulin, kita bisa kok masuk untuk memberikan warna baru, poltik yang lebih ramah kepada perempuan. Dan kita bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat sebaik baiknya,” ujar Ledia.
Tantangan berikutnya bagi caleg perempuan, menurut Ledia Hanifa adalah takut jadi.
“Yang membuat takut bagi caleg perempuan itu apa sih? Takut jadi, entar sibuk… entar begini entar begitu… padahal belum tentu jadi!. Kita menjadi Caleg bukan untuk nampang eksis, ingin gaya jadi caleg, tapi ini adalah upaya kita. Kita punya niat mulia untuk melakukan advokasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat,” papar Ledia Hanifa.
Pada sesi akhir acara, diadakan tanya jawab dan diakhiri dengan ramah tamah dan berbuka puasa bersama. (AM)